Kamis, 25 Mei 2017

Behind Scene: Kemenangan Buku Kisah Anak-Anak Seberang Sungai


Alhamdulillah...aku menjadi pemenang dalam Lomba Pengayaan Bahan Ajar Bahasa Indonesia yang diprakarsai oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. Dalam lomba ini karya yang dikirimkan harus dalam bentuk cetak coba atau karya yang sudah fix siap cetak. Oleh karena itu harus juga ada ilustrasinya dan berani modal duluan, he he.

Untung ada Mas Gilang Permadi yang mau membantu untuk ilustrasi buku saya. Mas Gilang ini sangat komunikatif dan bersedia menyelesaikan ilustrasi secara tepat waktu. Apalagi ilustrasi yang dibuat juga  bagus sesuai harapan.

Untuk lomba ini ketentuannya adalah kertas A5, jenis huruf Tahoma 12 , dengan spasi 2 serta jumlah halaman 50. Kebetulan saya punya simpanan naskah. Naskah ini berjumlah 100 an halaman A4. Dulu pernah saya coba kirimkan ke beberapa penerbit tapi ditolak, karena katanya pangsa pasar sekarang sedang lesu untuk novel anak.  Akhirnya dengan pemangkasan di sana-sini, jadilah novel dengan 50 halaman  A5 yang siap dikirim.


Setelah naskah dan ilustrasi siap, saya lalu coba mencari percetakan yang bisa cetak bentuk buku. Kebetulan di lingkungan kampus, ada Simple Design yang sudah menjadi langganan saya untuk cetak buku panduan praktikum dan penelitian. Mereka bersedia membantu layout dan cetak buku dalam jumlah terbatas dengan biaya terjangkau. Ternyata memang yang dikehendaki Balai Bahasa adalah buku dalam bentuk cetak serius. Mereka saat penerimaan hadiah, menyatakan kalau ada juga peserta yang memberikan buku dalam bentuk jilidan biasa, dan itu mengurangi penilaian.

Sebulan setelah pengiriman naskah, saya mendapat kabar lewat telepon sore-sore kalau naskah saya keluar sebagai pemenang, Alhamdulillah...Baru kali ini ikut lomba saya dapat lolos sebagai pemenang. Tanggal 10 Mei tim Balai Bahasa berkunjung ke kampus saya untuk koordinasi penerimaan hadiah dan memberikan undangan penerimaan hadiah. Pemenangnya kebetulan yang satu adalah Pak Jefriyanto dari SMK Kesatrian Purwokerto, jadi kami satu kota sehingga  saat koordinasi dapat kumpul bareng.

Tanggal 18 Mei 2017 saya berangkat ke Semarang untuk penerimaan hadiah. Sempat ada Drama yang membuat was-was karena ternyata saya yang sudah pesan tiket pukul 10.25 siang dan berharap nyampe Semarang jam 14.25, tapi Takdir menentukan kalau saya harus kepancal sepur! Saat nyampe stasiun, ternyata sepurnya sudah lewat. Tinggal gigit jari dan bingung. Mau cari travel, ternyata travel berangkatnya siang jam 14.00 sehingga tidak akan nyandhak untuk acara jam 7 malam. Akhirnya saya mencarter Taxi dari Purwokerto. Untung Suami tercinta mau menemani sehingga saya tidak terlalu takut menempuh perjalanan panjang itu. Karena jalan darat ternyata banyak halangannya, macet di mana-mana. Sempat was-was apakah bisa sampai tepat waktu. Alhamdulillah masuk Semarang jam 18.15. Kita mampir di POM Bensin dulu untuk sholat dan mandi. Masuk Wisma Perdamaian Semarang jam 19.00 pas. Untung acara belum dimulai.

Acara hari ini bersamaan dengan sarasehan bahasa yang mengundang guru-guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Se-Karisidenan Semarang. Saya juga bertemu dengan mbak Iis Soekandar, teman penulis yang selama ini hanya berkenalan di dunia maya, sekarang bisa bertemu di dunia nyata he he..

Untuk penerimaan hadiah dilakukan di awal acara. Hadiah diterimakan oleh Bapak Heru Sudjatmiko, Wakil Gubernur Jawa Tengah. Yang membuat bangga adalah, saya juga diperkenankan untuk memberikan kenang-kenangan buku saya yang 9 Secret of Women kepada Bapak Wakil Gubernur. 




Jam 10 acara selesai, saya sudah ditunggu Travel untuk pulang kembali ke Purwokerto. Kebetulan jam 10 paginya saya harus ngajar, sehingga saya tidak sempat untuk nginep di Semarang.


Oya, mungkin ada yang penasaran, kenapa buku saya dapat keluar sebagai pemenang?
Sebenarnya saya juga tidak menganggap buku saya jauh lebih sempurna dibanding buku teman-teman peserta lain.  Saya hanya berusaha mengangkat semangat belajar anak-anak yang hidupnya berada pada kondisi lingkungan sulit, yaitu seberang sungai serayu. Selain itu saya juga menyelipkan unsur budaya, yaitu lomba kenthongan banyumas, dimana anak-anak tersebut keluar sebagai pemenangnya.
Berikut sekilas sinopsisnya:

KISAH ANAK-ANAK SEBERANG SUNGAI


Slamet, Bawor, Danang, Joko, Gimin dan Aji adalah anak-anak seberang sungai. Dusun mereka merupakan bagian dari Desa Tejareja, tapi dusun mereka terpisahkan dari desa utama oleh Sungai Serayu. Setiap pagi mereka harus menyeberang sungai menaiki perahu, kemudian melewati pematang persawahan  untuk bisa sampai ke sekolahnya.
Ada banyak hal-hal  lucu, kreatif, menyenangkan atau mengharukan yang mereka alami. Seperti setiap pagi mereka harus bertelanjang kaki dan menjinjing sepatu mereka dalam katong keresek  agar tidak rusak karena hanya itu satu-satunya  sepatu yang mereka miliki. Setelah sampai di sekolah, mereka baru mencuci kaki di sumur belakang sekolah dan memakai sepatunya. Saat di dalam kelas, guru mereka menceritakan tentang Asal Mula Aksara Jawa.

Ada juga kejadian Lomba Kenthongan, alat musik khas Banyumas.  Mereka mewakili sekolahnya untuk ikut Lomba Kenthongan. Tadinya mereka sempat pesimis karena mereka mendapat nomor urut 23 yaitu nomer urut terakhir. Tapi kemudian mereka bisa menampilkan musik kenthongan yang spektakuler, sehingga grup mereka keluar senagai pemenangnya.  

Kisah  mengharukan terjadi saat  meluapnya Sungai Serayu, padahal hari itu jadwal  Ujian Nasional.  Dusun Lamuk terendam air sampai sepinggang orang dewasa dan perahu penyeberangan juga hanyut. Tadinya teman-temannya khawatir anak-anak Lamuk tersebut tidak dapat mengikuti Ujian Nasional. Lima menit sebelum waktu ujian terlihat mereka berlari kencang memasuki gerbang sekolah, walaupun tanpa seragam dan sepatu.  Mereka tetap bertekad kuat untuk sekolah, walaupun kondisi banjir melanda kampung mereka sehingga baju dan sepatu mereka hanyut. Orangtuanya lalu membuatkan rakit dari batang pisang untuk menyeberangkan mereka menuju sekolah.

Akhirnya kemudian dibangun Jembatan beton yang mengubungkan Dusun Lamuk dan Desa utama. Orang-orang Lamuk tidak lagi terisolir dan dapat menatap masa depannya dengan lebih cerah. ***
Saya berharap buku ini nantinya setelah diterbitkan dan menjadi bahan pengayaan pelajaran bahasa Indonesia untuk Anak Sekolah Dasar, dapat memotivasi mereka untuk lebih giat belajar dan mencintai budaya Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar