Alhamdulillah...aku
menjadi pemenang dalam Lomba Pengayaan Bahan Ajar Bahasa Indonesia yang
diprakarsai oleh Balai Bahasa Jawa Tengah. Dalam lomba ini karya yang
dikirimkan harus dalam bentuk cetak coba atau karya yang sudah fix siap cetak.
Oleh karena itu harus juga ada ilustrasinya dan berani modal duluan, he he.
Untung ada Mas Gilang
Permadi yang mau membantu untuk ilustrasi buku saya. Mas Gilang ini sangat
komunikatif dan bersedia menyelesaikan ilustrasi secara tepat waktu. Apalagi
ilustrasi yang dibuat juga bagus sesuai harapan.
Untuk lomba ini
ketentuannya adalah kertas A5, jenis huruf Tahoma 12 , dengan spasi 2 serta
jumlah halaman 50. Kebetulan saya punya simpanan naskah. Naskah ini berjumlah
100 an halaman A4. Dulu pernah saya coba kirimkan ke beberapa penerbit tapi
ditolak, karena katanya pangsa pasar sekarang sedang lesu untuk novel anak. Akhirnya dengan pemangkasan di sana-sini,
jadilah novel dengan 50 halaman A5 yang
siap dikirim.
Setelah naskah dan
ilustrasi siap, saya lalu coba mencari percetakan yang bisa cetak bentuk buku.
Kebetulan di lingkungan kampus, ada Simple Design yang sudah menjadi langganan
saya untuk cetak buku panduan praktikum dan penelitian. Mereka bersedia
membantu layout dan cetak buku dalam jumlah terbatas dengan biaya terjangkau.
Ternyata memang yang dikehendaki Balai Bahasa adalah buku dalam bentuk cetak
serius. Mereka saat penerimaan hadiah, menyatakan kalau ada juga peserta yang memberikan
buku dalam bentuk jilidan biasa, dan itu mengurangi penilaian.
Sebulan setelah
pengiriman naskah, saya mendapat kabar lewat telepon sore-sore kalau naskah
saya keluar sebagai pemenang, Alhamdulillah...Baru kali ini ikut lomba saya
dapat lolos sebagai pemenang. Tanggal 10 Mei tim Balai Bahasa berkunjung ke
kampus saya untuk koordinasi penerimaan hadiah dan memberikan undangan
penerimaan hadiah. Pemenangnya kebetulan yang satu adalah Pak Jefriyanto dari
SMK Kesatrian Purwokerto, jadi kami satu kota sehingga saat koordinasi dapat kumpul bareng.
Tanggal 18 Mei 2017
saya berangkat ke Semarang untuk penerimaan hadiah. Sempat ada Drama yang
membuat was-was karena ternyata saya yang sudah pesan tiket pukul 10.25 siang
dan berharap nyampe Semarang jam 14.25, tapi Takdir menentukan kalau saya harus
kepancal sepur! Saat nyampe stasiun, ternyata sepurnya sudah lewat. Tinggal
gigit jari dan bingung. Mau cari travel, ternyata travel berangkatnya siang jam
14.00 sehingga tidak akan nyandhak untuk acara jam 7 malam. Akhirnya saya
mencarter Taxi dari Purwokerto. Untung Suami tercinta mau menemani sehingga
saya tidak terlalu takut menempuh perjalanan panjang itu. Karena jalan darat
ternyata banyak halangannya, macet di mana-mana. Sempat was-was apakah bisa
sampai tepat waktu. Alhamdulillah masuk Semarang jam 18.15. Kita mampir di POM
Bensin dulu untuk sholat dan mandi. Masuk Wisma Perdamaian Semarang jam 19.00
pas. Untung acara belum dimulai.
Acara hari ini
bersamaan dengan sarasehan bahasa yang mengundang guru-guru Bahasa Indonesia
dan Bahasa Jawa Se-Karisidenan Semarang. Saya juga bertemu dengan mbak Iis Soekandar, teman penulis yang selama ini hanya berkenalan di dunia maya, sekarang bisa bertemu di dunia nyata he he..
Untuk penerimaan hadiah dilakukan di
awal acara. Hadiah diterimakan oleh Bapak Heru Sudjatmiko, Wakil Gubernur Jawa
Tengah. Yang membuat bangga adalah, saya juga diperkenankan untuk memberikan
kenang-kenangan buku saya yang 9 Secret of Women kepada Bapak Wakil
Gubernur.
Jam 10 acara selesai, saya sudah ditunggu Travel untuk pulang kembali ke Purwokerto. Kebetulan jam 10 paginya saya harus ngajar, sehingga saya tidak sempat untuk nginep di Semarang.
Oya, mungkin ada yang
penasaran, kenapa buku saya dapat keluar sebagai pemenang?
Sebenarnya saya juga
tidak menganggap buku saya jauh lebih sempurna dibanding buku teman-teman
peserta lain. Saya hanya berusaha
mengangkat semangat belajar anak-anak yang hidupnya berada pada kondisi
lingkungan sulit, yaitu seberang sungai serayu. Selain itu saya juga
menyelipkan unsur budaya, yaitu lomba kenthongan banyumas, dimana anak-anak
tersebut keluar sebagai pemenangnya.
Berikut sekilas
sinopsisnya:
KISAH
ANAK-ANAK SEBERANG SUNGAI
Slamet,
Bawor, Danang, Joko, Gimin dan Aji adalah anak-anak seberang sungai. Dusun
mereka merupakan bagian dari Desa Tejareja, tapi dusun mereka terpisahkan dari
desa utama oleh Sungai Serayu. Setiap pagi mereka harus menyeberang sungai
menaiki perahu, kemudian melewati pematang persawahan untuk bisa sampai ke sekolahnya.
Ada
banyak hal-hal lucu, kreatif,
menyenangkan atau mengharukan yang mereka alami. Seperti setiap pagi mereka
harus bertelanjang kaki dan menjinjing sepatu mereka dalam katong keresek agar tidak rusak karena hanya itu
satu-satunya sepatu yang mereka miliki.
Setelah sampai di sekolah, mereka baru mencuci kaki di sumur belakang sekolah
dan memakai sepatunya. Saat di dalam kelas, guru mereka menceritakan tentang
Asal Mula Aksara Jawa.
Ada
juga kejadian Lomba Kenthongan, alat musik khas Banyumas. Mereka mewakili sekolahnya untuk ikut Lomba
Kenthongan. Tadinya mereka sempat pesimis karena mereka mendapat nomor urut 23
yaitu nomer urut terakhir. Tapi kemudian mereka bisa menampilkan musik
kenthongan yang spektakuler, sehingga grup mereka keluar senagai pemenangnya.
Kisah mengharukan terjadi saat meluapnya Sungai Serayu, padahal hari itu
jadwal Ujian Nasional. Dusun Lamuk terendam air sampai sepinggang
orang dewasa dan perahu penyeberangan juga hanyut. Tadinya teman-temannya
khawatir anak-anak Lamuk tersebut tidak dapat mengikuti Ujian Nasional. Lima
menit sebelum waktu ujian terlihat mereka berlari kencang memasuki gerbang
sekolah, walaupun tanpa seragam dan sepatu.
Mereka tetap bertekad kuat untuk sekolah, walaupun kondisi banjir
melanda kampung mereka sehingga baju dan sepatu mereka hanyut. Orangtuanya lalu
membuatkan rakit dari batang pisang untuk menyeberangkan mereka menuju sekolah.
Akhirnya
kemudian dibangun Jembatan beton yang mengubungkan Dusun Lamuk dan Desa utama.
Orang-orang Lamuk tidak lagi terisolir dan dapat menatap masa depannya dengan
lebih cerah. ***
Saya berharap buku ini
nantinya setelah diterbitkan dan menjadi bahan pengayaan pelajaran bahasa
Indonesia untuk Anak Sekolah Dasar, dapat memotivasi mereka untuk lebih giat belajar
dan mencintai budaya Indonesia.