Saya mau posting ulang pengalaman-pengalaman ASI Eksklusif saya yang sudah
saya publish di blog saya artikelgizikesehatan.blogspot.com tujuannya supaya
pembaca blog saya yang baru ini juga bisa membaca dan semoga bermanfaat.
Saya Alhamdulillah sukses ASI eksklusif untuk 2 anak saya yaitu Shifa (4 tahun) dan
Zaza (1 tahun) . Kali ini saya mau posting pengalaman yang Shifa. Untuk mengetahui
pengalaman ASI Eksklusif Zaza, silakan baca disini.
Awal Kelahiran
Sebenarnya saya sudah mempersiapkan untuk bisa
melahirkan normal. Walaupun tidak kursus senam hamil reguler, suami saya sudah
semangat membelikan beberapa VCD senam hamil untuk dicoba sendiri di rumah.
Saat memasuki bulan ke-8 kehamilan,saya rajin setiap pagi jalan kaki keliling
gang minimal 15 menit sehari,plus rajin ngepel sambil jongkok. Nenek saya juga
sudah khusus mengirimkan Minyak Kelapa bikinan sendiri untuk diminum minimal 3
sendok seminggu. Pokok segala macam cara baik Medis maupun Tradisional yang
katanya bisa melancarkan kelahiran sudah saya jalani.
Saat sudah 9 bulan, Dokter memperkirakan Hari
Kelahiran adalah tanggal 12an.Tapi sampai mundur 1 minggu, anakku belum lahir
juga. Padahal juga segala macam cara kita lsayakan,sampai pijet dan minum jamu ”Sorog” dari Dukun Bayi dan
mengunyah merica rela saya lsayakan,yang katanya bisa melancarkan kelahiran.
Eh, bayiku masih anteng aja di dalam. Akhirnya waktu periksa lagi, Dokter
mengambil keputusan untuk dipaksa lahir melalui Induksi, dan kalau terpaksa sekali
melalui operasi Caesar.
Berhubung belum punya pengalaman melahirkan, saya
tenang-tenang saja waktu udah masuk kamar Rumah Sakit untuk persiapan
Induksi,karena belum ada rasa sakit sama sekali. Malah sebelumnya pagi-pagi
jalan-jalan dengan suami ke Alun-alun dekat rumah sakit beli lontong opor.
Mulai diinduksi jam 8 pagi,obat induksi
diberikannya lewat infus. Tadinya tidak terasa apa-apa,malah bisa tiduran
sambil dengerin musik. Tapi kalau berbaring harus miring ke kiri,tidak boleh
telentang. Setiap 15 menit dilsayakan pemeriksaan meliputi pengecekan infus dan
detak jantung bayi. Saya sudah mulai merasa sakit melilit, hingga jam 12 siang
tiba-tiba merasa ada sesuatu yang keluar melembung dari bagian bawah, kemudian meletus menjadi
cairan. Setelah diperiksa ternyata ketubanku sudah pecah. Tapi waktu diperiksa
pembukaan baru 1 (paling ngeri waktu diperiksa pembukaan: Sakit!). Saya
sebenarnya sudah putus asa, sementara infus sudah habis 1. Tapi suamiku memberi
semangat, dia berharap dengan ketuban pecah, maka kelahiran mungkin sebentar
lagi. Maka dipasanglah infus yang kedua. Sakit mulai saya rasakan,
melilit-lilit sekali,ada yang bilang ini lebih sakit rasanya dari melahirkan
normal. Tapi kenapa bayiku tidak mau bergerak sama sekali, hingga habis infus
ke 2 jam setengah 8 malam. Jadi
saya sudah menjalani induksi selama hampir 12 jam! Tidak ada jalan lain,
terpaksa Operasi Caesar!
Operasi Caesar ternyata tidak menyeramkan yang selama ini diduga. Dokter dan stafnya malah santai,
mengoperasi sambil ngajak cerita-cerita dan nyanyi! Mungkin juga supaya ibu
yang dioperasi tidak tsayat dan tegang.
Saya masuk kamar
operasi jam setengah 10 malam, jam 10an malam, anakku lahir, Alhamdulillah....
Tantangan Pertama : Di Rumah Sakit
Karena saya melahirkan Caesar, maka
niat saya untuk melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini tidak bisa dilakukan.
Walaupun operasi dengan bius lokal, tapi karena malam hari, begitu lahir bayi
langsung dibawa ke kamar bayi, sedang saya ke kamar rawat. Pagi-pagi baru bius
lokalnya hilang. Jam 8 pagi bayi baru diserahkan kepada saya. Perawat bilang
tadi malam belum diberi apa-apa, termasuk madu maupun susu formula, walaupun
bayi sayi menangis terus, syukurlah...
Saya langsung coba untuk menyusui. Alhamdulillah saat itu sudah
langsung keluar ASI, termasuk kolustrumnya.
Saya bersyukur bisa memberikan zat emas kolustrum yang mengandung zat
kekebalan tinggi untuk bayiku. Ternyata memang benar-benar bermanfaat Perawatan
Payudara yang rutin saya lsayakan sejak umur kandungan memasuki 8 bulan.
Terbukti ASI bisa langsung keluar pada hari pertama melahirkan.
Tetapi karena awal menyusui, ASI yang keluar belum banyak, bahkan
mungkin baru beberapa tetes setiap bayi menyusu. Bayiku jadi rewel dan sering
menangis. Orang-orang mulai ribut memprovokasi untuk memberikan susu formula.
Suami dan keluarga sebenarnya mendukung, hanya heran malah pihak Rumah Sakit
yang ribut. Mungkin ini terkait dengan segi komersial, karena dalam paketan
yang saya terima, diantaranya ada satu box susu formula untuk bayi umur 0-6
bulan ! Saya tetep kekeuh tidak mau anakku diberi susu formula, dan berusaha
sering menyusui setiap dia menangis. Saya pernah baca literatur yang mengatakan
bahwa awal kelahiran itu sebenarnya kantong pencernaan bayi baru sebesar kelereng, jadi dengan
beberapa tetes Kolostrum sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu
bayi masih bisa bertahan selama 3 hari awal kehidupan bilapun terpaksa tidak
diberi apa-apa, karena membawa cadangan selama masa di dalam kandungan.
Akhirnya saya berhasil melampaui tantangan 4 hari pertama di rumah sakit sampai
kemudian kami dibawa pulang ke rumah.
Tantangan kedua: Payudara Luka dan Sakit!
Pulang dari rumah sakit, kami putuskan untuk
sementara ke rumah mertua dulu, tidak langsung balik ke rumah kontrakan. Kami
menyadari bahwa kami belum punya pengalaman mengasuh anak, jadi masih butuh
bantuan dan bimbingan dari orangtua. Masalah muncul ketika payudara saya mulai
luka sampai berdarah setiap menyusui. Sakitnya menikam sampai bawah punggung.
Kadang muncul perasaan putus asa dengan tekad saya memberikan ASI eksklusif.
Pernah suatu ketika saya mogok tidak mau menyusui waktu bayi saya nangis karena
kondisi yang parah dari payudara saya.Suami sampai bingung dan hilang akal. Dia sudah membuka box susu
formula dari paketan dan siap memberikan susu formula untuk anak saya. Melihat
hal itu, timbul perasaan tidak rela kedudukan saya digantikan oleh Sapi! Maka anak langsung saya
pegang lagi, dan sayapun menyusui sambil berurai air mata menahan pedih di dada
dan punggung.
Untung sakit itu tidak terlalalu lama. Setelah 2 minggu, Alhamdulillah
payudara saya sudah mulai bisa menyesuaikan dengan lidah bayi dan lambat-laun
tidak merasakan sakit lagi.
Tantangan ketiga : Masuk Kerja
Setelah 2 bulan, selesailah masa cuti sehabis
melahirkan dan saya harus masuk kerja lagi. Saya bertekad tetap memberikan ASI
eksklusif untuk anak apapaun yang terjadi. Untung saya mendapat warisan
beberapa botol kaca kecil dari sepupu suami yang juga sukses menjalankan ASI
eksklusif. Maka saya mulai membaca-baca cara untuk memeras ASI. Alhamdulillah
saat itu ASI saya sudah mulai lancar. Sebelum benar-benar masuk kerja saya
setiap hari memeras untuk ditabung.
Pada saatnya saya berangkat sudah tersedia sekitar
10an botol ASI di freezer yang siap untuk diminumkan selama saya kerja.
Rata-rata setiap hari Shifa saya tinggali 3-4 botol ASI. Ini juga tidak lepas
dari kerjasama yang bagus dengan pengasuh Sifa. Saya bersyukur mempunyai
pengasuh yang cekatan dan cepat tanggap dengan apa yang saya perintahkan. Dia
juga mampu mengalihkan perhatian Sifa supaya tidak terfokus untuk minta minum
terus. Jam 2an waktu pulang, biasanya payudara penuh, maka yang sebelah akan
saya peras untuk cadangan esok, sedang yang sebelah saya minumkan. Demikian
juga saat tidur, walaupun anakku tidak bisa lepas dari ”menthil” puting terus
setiap tidur, saya punya trik supaya tida habis maka payudara sebelah saja yang
diberikan, yang sebelah lagi untuk diperas paginya sebagai cadangan.
Tantangan Keempat : Ibu Saya Masuk
Rumah Sakit
Suatu sore, ada berita mengejutkan yang
mengabarkan bahwa ibu saya masuk rumah sakit karena kecelakaan motor. Ibu
sebagai pejalan kaki yang mau menyeberang ditabrak oleh pengendara kendaraan
motor ugal-ugalan di depan rumah! Rumah saya memang pinggir jalan besar utama Jakarta-Semarang.
Maka kamipun langsung pulang ke Kendal, termasuk dengan membawa Shifa. Ini
perjalanan jauh pertama Shifa, umurnya waktu itu belum genap 3 bulan, dia harus
menempuh perjalanan Purwokerto-Kendal. Alhamdulillah dia tidak nangis dan
rewel. Ternyata ibu kondisi parah sampai koma, disamping patah kaki. Maka ibu
kami rujuk ke Rumah Sakit Telogorejo di Semarang.
Saya bertekad untuk menunggui ibu. Maka kami lalu menyewa penginapan di dekat
Rumah Sakit. Selama 10 hari saya dan Shifa menunggui Ibu di Rumah Sakit. Setiap
pagi datang membezuk, sore atau malam baru pulang. Banyak juga yang menegur
saya karena membawa anak kecil ke Rumah Sakit. Tapi saya tetap nekad demi ibu
tercinta. Shifa seakan tahu dan pengertian. Walaupun berdekatan dengan orang
sakit, tapi Shifa saat itu tidak pernah demam maupun sakit, sayapun Amazing
dengan kekuatan anakku. Saya yakin ini adalah bukti keampuhan ASI eksklusif
yang tetap saya berikan kepadanya.
Setelah 10 hari, saya dijemput oleh ibu mertua. Saya bersedia pulang karena
mengira ibu kondisinya udah mulai membaik. Operasi kakinya sukses, tinggal
terapi pemulihan. Tapi manusia tidak tahu rencana Allah. Selang 3 hari, saya
mendapat kabar lagi kalau ibu Wafat ! Kamipun pulang lagi ke Kendal. Shifa
sekali lagi menunjukkan kekebalan dan kekuatannya, dia tenang saja kami ajak
mondar-mandir menempuh perjalanan jauh. Tetap ceria tanpa muntah atau demam.
Terimakasih anakku sayang, kau adalah Pelita Ibu melampaui masa-masa terberat
dalam hidup ibu. Saya sekarang yatim piatu, karena bapakpun sudah meninggal 6
tahun lalu.
Tantangan Kelima: Bulan Puasa
Saat bulan puasa ibu menyusui memang ada keringanan untuk tidak menjalankan
puasa dan dapat menggantinya dengan puasa di lain waktu atau membayar Fidyah.
Tapi suami saya memberikan motivasi yang kuat untuk tetap mencoba puasa. Kalau
niat ibadah karena Allah, Insyaallah akan diberi kekuatan dan
kemudahan,katanya. Memang saat hamilpun, waktu itu usia kehamilan 4 bulan, saya
bisa lulus menjalankan puasa 30 hari penuh. Saat ini umur Shifa juga baru 4
bulan jalan,sekarangpun dengan mengucap Bismillah saya mencoba menjalankan
puasa dengan tetap memberikan ASI eksklusif. Alhamdulillah, saya bisa menjalani
dengan baik. Hanya bolong 1
kali karena sehabis menempuh perjalanan
jauh pulang menyelamati ibu di Kendal,
saya kasihan anak saya tidak cukup mendapat cairan sehingga saya
membatalkan puasa dan minum sebanyak-banyaknya untuk anak saya. Dengan cukup
makanan bergizi dan minum cairan sebanyak-banyaknya, saya juga masih bisa
meninggali Shifa ASI perasan untuk diminumkan saat saya di tempat kerja.
Saya senang sekali dapat merayakan lebaran pertama bersama suami dan anak
saya dengan predikat lulus puasa dan tetap ASI eksklusif!
Bulan Ke-6: Lulus!
Rasanya puas dan bangga tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, saat
Shifa merayakan Ulbul (Ulang Bulan)nya yang ke-6, dan saya lulus memberinya ASI
Eksklusif. Ketika saya pasang status di Facebook tentang hal ini, ucapan
selamat mengalir dari teman-teman saya. Di kantor saya kebetulan ada 2 orang yang
hamil dan melahirkan hampir bersamaan dengan saya, dan saya satu-satunya yang
sukses memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan penuh!Alhamdulillah...
Terimakasih ya.. Allah..Kau beri hamba kemampuan dan kemauan untuk
memberikan ASI eksklusif pada putri hamba tercinta. Demikian pengalaman saya.
Kalau Bunda semuanya punya pengalaman yang sama, silakan menulis di kotak
komentar ya...**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar