Selasa, 12 Agustus 2014

Pengalaman ASI Eksklusif II: Zaza



Sekarang saya mau posting pengalaman ASI Eksklusif untuk anak saya Hassya Mirza Andriyarni (Zaza).
Kalau  ASI Eksklusif zaza sekarang tidak banyak kendala yang berarti.

Awal Kelahiran
Saya melahirkan pada 8 Mei 2013. Kedua kali saya harus menjalani Operasi Caesar, setelah dokter mengkhawatirkan bahwa kemungkinan saya akan diinduksi 2 kali , karena ada kelainan otot rahim sehingga sulit pembukaan dan kontraksi kalau melahirkan normal. Sementara bila itu terjadi, maka otot rahim saya akan rusak. Maka ya sudah, pasrah untuk operasi lagi. Pada saat operasi dokter menemukan ada kista pada rahim saya, 10 cm, kista itu kemudian sekalian diangkat.
Setelah lahir, begitu masuk ruangan, zaza langsung diberikan pada saya. Alhamdulillah inisiasi menyusui dini lancar karena ASI langsung keluar. Yang jadi penunjang sebenarnya kakaknya, Shifa. Dia itu kan sampai sehari sebelum saya masuk Rumah Sakit Shifa masih nyusu ASI ke saya. Saya biarkan saja, dengan maksud supaya ASI tetap lancar, walaupun sebenarnya payudara agak sakit kalau menyusui saat hamil. Tapi anaknya yang tidak mau lepas juga. Efeknya memang ke arah lancarnya ASI begitu melahirkan, karena tidak terputus menyusui.
Bagusnya shifa begitu lihat adiknya, dia langsung bilang “ Ibu, sekarang Shifa tidak mau lagi nyusu ibu, susunya buat adek saja. “ Alhamdulillah, terimakasih , kakak shifa. Rupanya dia lalu timbul kesadaran bahwa ASInya harus gantian dengan adeknya.
 Terbukti ASI saya memang berkualitas untuk zaza karena pada bulan pertama zaza naik 1 kg. Rasanya puas sekali, karena itu berarti memang karena ASIku lah zaza berat badannya naik karena dia tidak makan makanan lain.

Masuk Kerja
Setelah 2 bulan melahirkan, seperti biasa, saya harus masuk kerja karena cuti Cuma 2 bulan, jadi pada bulan 8 Juli saya masuk kerja. Untuk zaza ini saya sudah menampung ASI sejak dari cuti. Alhamdulillah saat masuk kerja terkumpul ASI 25 botol  @ 100 ml !Untuk  cadangan saat kerja saya siapkan 3 botol. Bisa dibaca  cara menyimpan ASI perah. Saat pulang kerja, payudara sudah kencang, saya bisa memerah 2-3 botol. Pagi setelah bangun tidur saya memerah lagi 1 botol, jadi cadangan ASI untuk zaza mencukupi.
Bulan puasa
Pada saat bulan puasa , atas motivasi dari suami saya tetap puasa. Allhamdulillah, saya bisa menjalankan puasa penuh 1 bulan sambil tetap menyusui. Tapi pada bulan puasa ini saya harus usaha ekstra keras, karena selain berusaha tetap memerah, juga masih menyusui. Agar ASI tidak kering, maka saya hanya membatasi memerah 1 botol saat pulang kerja dan 1 botol saat bangun tidur, sementara zaza kebutuhannya 3 botol. Dengan demikian saya menghabiskan cadangan saat cuti hamil untuk menambah kebutuhan zaza.
Alhasil setelah lebaran, cadangan ASI saya benar-benar kosong. Untuk kebutuhan selanjutnya, saya Cuma mengandalkah perahan harian. Makanya saat hari sabtu saya berusaha tidak pergi-pergi supaya saat libur zaza minum langsung dan tidak mengambil ASI perahan.
Hasil Perahan Sedikit
Pada saat zaza 5 bulan, hampir 6 bulan, mulai timbul masalah karena ASI perahan jadi berkurang banyak jumlahnya, walaupun saya juga tetap minum dan makan banyak seperti biasanya. Kalau sebelumnya sepulang kerja saya bisa memerah 3 botol @ 100 ml, sekarang Cuma 2 botol @ 80 ml, ditambah bangun tidur kadang Cuma @ 50 ml.
Teman saya ada yang tragis, pada 5 bulan 2 minggu, ASI perahannya benar-benar kering, dia katanya Cuma bisa memerah 20-30 ml saja, tentu saja itu tidak cukup untuk kebutuhan ditinggal bekerja. Dengan sangat terpaksa, dia kemudian memutus ASI eksklusif, karena bayinya kelaparan, padahal dia sudah berjuang selama 5 bulan lebih! Sayang sekali.
Untungnya kondisi saya tidak separah itu. Kalau ASI tinggalan saya sedikit, maka saya berusaha mengerjakan pekerjaan di kantor lebih cepat, jadi sebelum jam 3 sudah sampai di rumah. Untungnya kalau Dosen kan lebih longgar jam kerjanya, asal saat itu tidak jam mengajar dan pekerjaan lainnya sudah selesai, boleh aja pulang duluan.
Sukses ASI Eksklusif !
Alhamdulillah pada 8 Nopember, saya berhasil menyelesaikan ASI eksklusif  untuk zaza. Itu berarti menjadikan saya sebagai satu-satunya di kantor yang berhasil menyelesaikan ASI eksklusif untuk sekaligus 2 anak ! Saya senang karena kesuksesan saya menjalankan ASI eksklusif dapat menginspirasi teman-teman saya. Terbukti ada 2 teman saya yang mencoba menjalankan ASI eksklusif, walaupun yang 1 putus di tengah jalan, tapi yang 1 Alhamdulillah sukses juga.
Semoga dengan memposting artikel ini saya juga bisa menginspirasi semua ibu cantik yang membacanya agar rela memberikan yang terbaik untuk bayinya. BRAVO IBU INDONESIA!


Pengalaman Sukses ASI Eksklusif: SHIFA



Saya mau posting ulang pengalaman-pengalaman ASI Eksklusif saya yang sudah saya publish di blog saya artikelgizikesehatan.blogspot.com tujuannya supaya pembaca blog saya yang baru ini juga bisa membaca dan semoga bermanfaat.

Saya Alhamdulillah sukses ASI eksklusif untuk 2 anak saya yaitu Shifa (4 tahun)  dan Zaza (1 tahun) . Kali ini saya mau posting pengalaman yang Shifa. Untuk mengetahui pengalaman ASI Eksklusif Zaza, silakan baca disini.

Awal Kelahiran

Sebenarnya saya sudah mempersiapkan untuk bisa melahirkan normal. Walaupun tidak kursus senam hamil reguler, suami saya sudah semangat membelikan beberapa VCD senam hamil untuk dicoba sendiri di rumah. Saat memasuki bulan ke-8 kehamilan,saya rajin setiap pagi jalan kaki keliling gang minimal 15 menit sehari,plus rajin ngepel sambil jongkok. Nenek saya juga sudah khusus mengirimkan Minyak Kelapa bikinan sendiri untuk diminum minimal 3 sendok seminggu. Pokok segala macam cara baik Medis maupun Tradisional yang katanya bisa melancarkan kelahiran sudah saya jalani.
Saat sudah 9 bulan, Dokter memperkirakan Hari Kelahiran adalah tanggal 12an.Tapi sampai mundur 1 minggu, anakku belum lahir juga. Padahal juga segala macam cara kita lsayakan,sampai pijet dan  minum jamu ”Sorog” dari Dukun Bayi dan mengunyah merica rela saya lsayakan,yang katanya bisa melancarkan kelahiran. Eh, bayiku masih anteng aja di dalam. Akhirnya waktu periksa lagi, Dokter mengambil keputusan untuk dipaksa lahir melalui Induksi, dan kalau terpaksa sekali melalui operasi Caesar.
Berhubung belum punya pengalaman melahirkan, saya tenang-tenang saja waktu udah masuk kamar Rumah Sakit untuk persiapan Induksi,karena belum ada rasa sakit sama sekali. Malah sebelumnya pagi-pagi jalan-jalan dengan suami ke Alun-alun dekat rumah sakit beli lontong opor.
Mulai diinduksi jam 8 pagi,obat induksi diberikannya lewat infus. Tadinya tidak terasa apa-apa,malah bisa tiduran sambil dengerin musik. Tapi kalau berbaring harus miring ke kiri,tidak boleh telentang. Setiap 15 menit dilsayakan pemeriksaan meliputi pengecekan infus dan detak jantung bayi. Saya sudah mulai merasa sakit melilit, hingga jam 12 siang tiba-tiba merasa ada sesuatu yang keluar melembung  dari bagian bawah, kemudian meletus menjadi cairan. Setelah diperiksa ternyata ketubanku sudah pecah. Tapi waktu diperiksa pembukaan baru 1 (paling ngeri waktu diperiksa pembukaan: Sakit!). Saya sebenarnya sudah putus asa, sementara infus sudah habis 1. Tapi suamiku memberi semangat, dia berharap dengan ketuban pecah, maka kelahiran mungkin sebentar lagi. Maka dipasanglah infus yang kedua. Sakit mulai saya rasakan, melilit-lilit sekali,ada yang bilang ini lebih sakit rasanya dari melahirkan normal. Tapi kenapa bayiku tidak mau bergerak sama sekali, hingga habis infus ke 2 jam setengah 8 malam. Jadi saya sudah menjalani induksi selama hampir 12 jam! Tidak ada jalan lain, terpaksa Operasi Caesar!
Operasi Caesar ternyata tidak menyeramkan yang selama ini diduga. Dokter dan stafnya malah santai, mengoperasi sambil ngajak cerita-cerita dan nyanyi! Mungkin juga supaya ibu yang dioperasi tidak tsayat dan tegang.  Saya masuk kamar operasi jam setengah 10 malam, jam 10an malam, anakku lahir, Alhamdulillah....

Tantangan Pertama : Di Rumah Sakit

Karena saya melahirkan Caesar, maka niat saya untuk melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini tidak bisa dilakukan. Walaupun operasi dengan bius lokal, tapi karena malam hari, begitu lahir bayi langsung dibawa ke kamar bayi, sedang saya ke kamar rawat. Pagi-pagi baru bius lokalnya hilang. Jam 8 pagi bayi baru diserahkan kepada saya. Perawat bilang tadi malam belum diberi apa-apa, termasuk madu maupun susu formula, walaupun bayi sayi menangis terus, syukurlah...
Saya langsung coba untuk menyusui. Alhamdulillah saat itu sudah langsung keluar ASI, termasuk kolustrumnya.  Saya bersyukur bisa memberikan zat emas kolustrum yang mengandung zat kekebalan tinggi untuk bayiku. Ternyata memang benar-benar bermanfaat Perawatan Payudara yang rutin saya lsayakan sejak umur kandungan memasuki 8 bulan. Terbukti ASI bisa langsung keluar pada hari pertama melahirkan.
Tetapi karena awal menyusui, ASI yang keluar belum banyak, bahkan mungkin baru beberapa tetes setiap bayi menyusu. Bayiku jadi rewel dan sering menangis. Orang-orang mulai ribut memprovokasi untuk memberikan susu formula. Suami dan keluarga sebenarnya mendukung, hanya heran malah pihak Rumah Sakit yang ribut. Mungkin ini terkait dengan segi komersial, karena dalam paketan yang saya terima, diantaranya ada satu box susu formula untuk bayi umur 0-6 bulan ! Saya tetep kekeuh tidak mau anakku diberi susu formula, dan berusaha sering menyusui setiap dia menangis. Saya pernah baca literatur yang mengatakan bahwa awal kelahiran itu sebenarnya kantong pencernaan  bayi baru sebesar kelereng, jadi dengan beberapa tetes Kolostrum sudah cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu bayi masih bisa bertahan selama 3 hari awal kehidupan bilapun terpaksa tidak diberi apa-apa, karena membawa cadangan selama masa di dalam kandungan. Akhirnya saya berhasil melampaui tantangan 4 hari pertama di rumah sakit sampai kemudian kami dibawa pulang ke rumah.

Tantangan kedua: Payudara Luka dan Sakit!

Pulang dari rumah sakit, kami putuskan untuk sementara ke rumah mertua dulu, tidak langsung balik ke rumah kontrakan. Kami menyadari bahwa kami belum punya pengalaman mengasuh anak, jadi masih butuh bantuan dan bimbingan dari orangtua. Masalah muncul ketika payudara saya mulai luka sampai berdarah setiap menyusui. Sakitnya menikam sampai bawah punggung. Kadang muncul perasaan putus asa dengan tekad saya memberikan ASI eksklusif. Pernah suatu ketika saya mogok tidak mau menyusui waktu bayi saya nangis karena kondisi yang parah dari payudara saya.Suami sampai bingung dan  hilang akal. Dia sudah membuka box susu formula dari paketan dan siap memberikan susu formula untuk anak saya. Melihat hal itu, timbul perasaan tidak rela kedudukan saya  digantikan oleh Sapi! Maka anak langsung saya pegang lagi, dan sayapun menyusui sambil berurai air mata menahan pedih di dada dan punggung.
Untung sakit itu tidak terlalalu lama. Setelah 2 minggu, Alhamdulillah payudara saya sudah mulai bisa menyesuaikan dengan lidah bayi dan lambat-laun tidak merasakan sakit lagi.

Tantangan ketiga : Masuk Kerja

Setelah 2 bulan, selesailah masa cuti sehabis melahirkan dan saya harus masuk kerja lagi. Saya bertekad tetap memberikan ASI eksklusif untuk anak apapaun yang terjadi. Untung saya mendapat warisan beberapa botol kaca kecil dari sepupu suami yang juga sukses menjalankan ASI eksklusif. Maka saya mulai membaca-baca cara untuk memeras ASI. Alhamdulillah saat itu ASI saya sudah mulai lancar. Sebelum benar-benar masuk kerja saya setiap hari memeras untuk ditabung.
Pada saatnya saya berangkat sudah tersedia sekitar 10an botol ASI di freezer yang siap untuk diminumkan selama saya kerja. Rata-rata setiap hari Shifa saya tinggali 3-4 botol ASI. Ini juga tidak lepas dari kerjasama yang bagus dengan pengasuh Sifa. Saya bersyukur mempunyai pengasuh yang cekatan dan cepat tanggap dengan apa yang saya perintahkan. Dia juga mampu mengalihkan perhatian Sifa supaya tidak terfokus untuk minta minum terus. Jam 2an waktu pulang, biasanya payudara penuh, maka yang sebelah akan saya peras untuk cadangan esok, sedang yang sebelah saya minumkan. Demikian juga saat tidur, walaupun anakku tidak bisa lepas dari ”menthil” puting terus setiap tidur, saya punya trik supaya tida habis maka payudara sebelah saja yang diberikan, yang sebelah lagi untuk diperas paginya sebagai cadangan.

Tantangan Keempat : Ibu  Saya Masuk Rumah Sakit

Suatu sore, ada berita mengejutkan yang mengabarkan bahwa ibu saya masuk rumah sakit karena kecelakaan motor. Ibu sebagai pejalan kaki yang mau menyeberang ditabrak oleh pengendara kendaraan motor ugal-ugalan di depan rumah! Rumah saya memang pinggir jalan besar utama Jakarta-Semarang. Maka kamipun langsung pulang ke Kendal, termasuk dengan membawa Shifa. Ini perjalanan jauh pertama Shifa, umurnya waktu itu belum genap 3 bulan, dia harus menempuh perjalanan Purwokerto-Kendal. Alhamdulillah dia tidak nangis dan rewel. Ternyata ibu kondisi parah sampai koma, disamping patah kaki. Maka ibu kami rujuk ke Rumah Sakit Telogorejo di Semarang.
Saya bertekad untuk menunggui ibu. Maka kami lalu menyewa penginapan di dekat Rumah Sakit. Selama 10 hari saya dan Shifa menunggui Ibu di Rumah Sakit. Setiap pagi datang membezuk, sore atau malam baru pulang. Banyak juga yang menegur saya karena membawa anak kecil ke Rumah Sakit. Tapi saya tetap nekad demi ibu tercinta. Shifa seakan tahu dan pengertian. Walaupun berdekatan dengan orang sakit, tapi Shifa saat itu tidak pernah demam maupun sakit, sayapun Amazing dengan kekuatan anakku. Saya yakin ini adalah bukti keampuhan ASI eksklusif yang tetap saya berikan kepadanya.
Setelah 10 hari, saya dijemput oleh ibu mertua. Saya bersedia pulang karena mengira ibu kondisinya udah mulai membaik. Operasi kakinya sukses, tinggal terapi pemulihan. Tapi manusia tidak tahu rencana Allah. Selang 3 hari, saya mendapat kabar lagi kalau ibu Wafat ! Kamipun pulang lagi ke Kendal. Shifa sekali lagi menunjukkan kekebalan dan kekuatannya, dia tenang saja kami ajak mondar-mandir menempuh perjalanan jauh. Tetap ceria tanpa muntah atau demam. Terimakasih anakku sayang, kau adalah Pelita Ibu melampaui masa-masa terberat dalam hidup ibu. Saya sekarang yatim piatu, karena bapakpun sudah meninggal 6 tahun lalu.


Tantangan Kelima: Bulan Puasa

Saat bulan puasa ibu menyusui memang ada keringanan untuk tidak menjalankan puasa dan dapat menggantinya dengan puasa di lain waktu atau membayar Fidyah. Tapi suami saya memberikan motivasi yang kuat untuk tetap mencoba puasa. Kalau niat ibadah karena Allah, Insyaallah akan diberi kekuatan dan kemudahan,katanya. Memang saat hamilpun, waktu itu usia kehamilan 4 bulan, saya bisa lulus menjalankan puasa 30 hari penuh. Saat ini umur Shifa juga baru 4 bulan jalan,sekarangpun dengan mengucap Bismillah saya mencoba menjalankan puasa dengan tetap memberikan ASI eksklusif. Alhamdulillah, saya bisa menjalani dengan baik. Hanya bolong 1 kali  karena sehabis menempuh perjalanan jauh pulang menyelamati ibu di Kendal,  saya kasihan anak saya tidak cukup mendapat cairan sehingga saya membatalkan puasa dan minum sebanyak-banyaknya untuk anak saya. Dengan cukup makanan bergizi dan minum cairan sebanyak-banyaknya, saya juga masih bisa meninggali Shifa ASI perasan untuk diminumkan saat saya di tempat kerja.
Saya senang sekali dapat merayakan lebaran pertama bersama suami dan anak saya dengan predikat lulus puasa dan tetap ASI eksklusif!

Bulan Ke-6: Lulus!

Rasanya puas dan bangga tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, saat Shifa merayakan Ulbul (Ulang Bulan)nya yang ke-6, dan saya lulus memberinya ASI Eksklusif. Ketika saya pasang status di Facebook tentang hal ini, ucapan selamat mengalir dari teman-teman saya. Di kantor saya kebetulan ada 2 orang yang hamil dan melahirkan hampir bersamaan dengan saya, dan saya satu-satunya yang sukses memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan penuh!Alhamdulillah...



Terimakasih ya.. Allah..Kau beri hamba kemampuan dan kemauan untuk memberikan ASI eksklusif pada putri hamba tercinta. Demikian pengalaman saya. Kalau Bunda semuanya punya pengalaman yang sama, silakan menulis di kotak komentar ya...**



Sebuah Awal: CERITA DAUN TEMBAKAU


Saya mau  cerita tentang daun tembakau.

Masih terbawa suasana gembira karena cerpen masuk sebagai finalis dalam Lomba Tulis Nusantara 2014, walaupun tidak masuk dalam 3 besar, membuat saya jadi berniat membuat blog pribadi khusus, setelah sebelumnya dengan blog artikelgizikesehatan.blogspot.com yang sudah berjalan hampir 5 tahun. Blog ini untuk menuangkan materi-materi kepenulisan saya.

Oche, capcusss..bagi yang penasaran dari isi cerpen non fiksi yang saya kirimkan di Lomba Tulis Nusantara, silakan dinikmati dan dikasih kripik (eh kritik) dan sarannya.


CERITA DAUN TEMBAKAU: Kesabaran dalam Proses Panjang


Ini cerita tentang daun tembakau. Saya sangat familiar dengan daun tembakau bukan berarti karena saya perokok, karena saya sebenarnya sama sekali tidak pernah mengisap batang rokok, tapi  lebih karena di daerah  asal saya Kendal merupakan salah satu sentra penanaman tembakau.
Walaupun sekarang saya tinggal jauh dari kota asal dikarenakan pekerjaan,  tapi kenangan tentang daun tembakau selalu terpatri di hati. Uniknya, ini bukan tentang bagaimana daun itu dihisap, tapi bagaimana tetangga-tetangga kami berjuang keras untuk menanam, memanen dan memprosesnya hingga siap masuk ke pabrik menjadi lintingan rokok.
Keluarga kami sebenarnya  bukan petani, bapak saya punya sawah, tapi biasanya digarap orang lain karena beliau bekerja sebagai guru. Tapi saya hidup dalam lingkungan dimana kebanyakan tetangga-tetangga kami ikut terlibat dalam hiruk-pikuk menanam tembakau, sehingga saya akrab dengan kegiatan itu. Kata bapak saya sudah sejak lama sekali daerah kami menjadi sentra penanaman tembakau, mungkin sudah lebih dari 1 abad, tembakau kendal terkenal merupakan tembakau yang cukup berkualitas. Hal ini karena tanah di daerah kami sebagian besar kering, sehingga tidak cocok ditanami padi, komoditas yang cukup menjanjikan satu-satunya adalah tembakau.
Ada istilah khas selama proses itu mulai: mbibit, nandur, nyiram, ngeleb, Ngepek, ngruwek, ngimbon, ngrajang, nganjang, sampai mepe , malik dan madahi mbako.
Kegiatan memproses daun tembakau ini sarat dengan nilai , terutama nilai kegigigan dan kesabaran. Mungkin tak pernah terbayang bagi penikmat rokok betapa panjang proses yang harus dijalani oleh petani untuk mengolah daun-daun tembakau itu hingga sampai ke mulutnya.
Diawali dengan mbibit yaitu membuat bibit tembakau. Bibit diambil dari biji tembakau kualitas terbaik yang disemaikan di atas bedengan. Ada petani yang menamam bibit sendiri, ada juga yang beli dari petani yang khusus mengelola pembibitan. Setelah 1 bulan mulai tumbuh daun-daun kecil, siap untuk dipindahkan ke sawah, yaitu mulai nandur. Sejak bibit ditanam di sawah selama 3 bulan petani harus rajin menyiramnya agar bibit itu tumbuh dengan baik. Ini juga musim banyak job bagi penggali sumur. Biasanya petani membuat 3-4 sumur baru di sawahnya untuk memperlancar proses nyiram.
Tapi karena biasanya tembakau ditanam di musim kemarau, maka kadang sumur kering, sehingga ada petani yang melakukan ngeleb yaitu menggunakan bantuan pompa penyedot air untuk membanjiri sawah. Tujuannya agar tanah bisa terbasahi dan bibit tumbuh dengan baik. Yang diinginkan  petani saat nandur adalah hujan, tapi gerimis saja, sehingga cukup hanya membasahi. Kadang saat musim tidak menentu, tiba-tiba turun hujan besar, maka sering terjadi bibit-bibit banyak yang hanyut. Kalau demikian maka harus diulangi proses penanaman bibit lagi, petani jadi rugi.
Kalau tanaman sudah mulai tumbuh besar, petani malah mengharapkan jangan turun hujan, karena daun-daun itu akan berkualitas baik kalau panas . Kalau hujan terus nanti Mingsrinya tidak banyak. Mingsri adalah getah tembakau. Biasanya kalau daun itu dipegang maka tangan kita akan lengket hitam terkena Mingsri. Mingsri banyak adalah tanda kalau daun tembakau kualitasnya bagus.
Setelah 5 bulan dan daun lebar-lebar, mulailah panen tembakau. Daun yang pertama dipanen adalah daun yang paling bawah dulu, baru nanti beranjak daun yang paling atas, biasanya beberapa kali tahapan Ngepek mbako (ngambil tembakau). 
Waktu kecil  saya  sangat menikmati saat musim tembakau tiba. Terutama dengan aktivitas ngruwek. Ini adalah aktivitas yang memberi peluang seorang anak untuk memperoleh uang sendiri. Hal ini karena para  petani membutuhkan bantuan banyak orang untuk membantu menggulung daun-daun tembakaunya. Semua orang boleh ikut, termasuk anak-anak. Dulu ada tembangan tersendiri bagi para anak saat Ngruwek.
Eee...Mbakone Teko (Eee.. tembakaunya datang)
Eee...gelarke klasa ( Eee dipasangkan tikar)
Eee..klasane bolong (Eee..tikarnya sobek)
Eee..ditambal gemblong (Eee.. ditambal gemblong/panganan dari ketan)
Eee..gemblonge mambu ( Eee..gemblongnya basi)
Eee...pakake Asu (Eee.. diberikan anjing)
Eee..asune mati... (Eee..anjingnya mati)
Eee..buang neng kali (Eee..dibuang ke sungai )
Hore.....
Tembangan ini sahut sahutan diantara anak-anak yang Ngruwek sehingga kegiatan ini menjadi gayeng dan rame. Walaupun tidak ada yang tahu siapa pencipta tembang itu karena sudah dinyanyikan secara turun temurun saat musim tembakau tiba.
Para tukang Ngruwek dibayar per 10 gulungan. Untuk satu  gulungan biasanya berisi 15- 20an lembar. Kalau daunnya lebar, diambil dulu sebagian tulang daunnya, ini yang namanya Ngruwek, yaitu merobek tulang daun tembakau. Setelah ditumpuk kemudian digulung dan diikat dengan tali yang terbuat dari pelepah pohon pisang yang diiris panjang-panjang dan dikeringkan, era berikutnya tali pelepah pisang diganti tali rafia  biasa karena lebih mudah didapat dan praktis.  Kalau yang ahli Ngruwek,  dia bisa menghasilkan 100-200 gulung seharinya. Saya sendiri paling pol cuma bisa menghasilkan 20 gulung karena tidak begitu tahan dengan bau tembakau, tapi tetep gembira saat menerima uang hasil jerih payah. Resiko Ngruwek adalah tangan jadi hitam lengket kena Mingsri, ini hanya bisa dihilangkan dengan melumuri tangan  dengan minyak goreng, kemudian digosok dengan pelepah batang pisang.
Setelah  daun tembakau digulung kemudian mulai ngimbon, yaitu menyimpan gulungan di para-para, biasanya 3-5 hari sampai daunnya berwarna kekuningan. Lalu tibalah saat Ngrajang. Ngrajang dilaksanakan malam hari, biasanya mulai jam 12  malam sampai pagi hari, tergantung banyak sedikitnya gulungan yang dirajang. Alatnyapun khas, yaitu terbuat dari kayu dengan lobang untuk memasukkan gulungan. Tukang ngrajang ini perlu keahlian khusus, karena dia harus mampu menebas daun-daun tembakau menjadi rajangan kecil dan tipis dengan menggunakan bendo (sabit besar) yang tajam dengan  tempo cepat tanpa melukai jarinya. Rajangan daun tembakau yang menggunung di bawah perajang segera diambil untuk dianjang. Nganjang adalah proses menata rajangan daun tembakau diatas Rigen  yaitu papan persegi yang terbuat dari anyaman bambu . Tukang nganjang biasanya adalah ibu-ibu, jumlahnya 2-4 orang. Mereka dan Tukang Rajang harus mampu tahan kantuk semalaman karena praktis mereka tidak boleh tidur selama kegiatan ini berlangsung.
Saat pagi menjelang, mulailah proses mepe, yaitu menjemur rajangan tadi di bawah terik matahari. Biasanya memanfaatkan halaman yang luas atau lapangan desa. Nanti pada saat dhuhur alias matahari tepat di atas kepala , mereka harus malik mbako, yaitu membalik rajangan, yang bawah ke atas. Caranya dengan bantuan 1 Rigen lagi. Biasanya 2 orang bawa Rigen kosong, kemudian Rigen tersebut ditutupkan diatas Rigen yang ada rajangan, kemudian dibalik sehingga sekarang yang menjadi tempat adalah Rigen yang baru, sementara Rigen lama dibawa untuk membalik Rigen sebelahnya, begitu seterusnya. Proses penjemuran ini 3-5 hari tergantung cuaca.
Kalau rajangan sudah benar-benar kering, dilanjutkan proses madahi mbako (memasukkan tembakau) ke dalam keranjang. Keranjang tembakau juga khas, yaitu terbuat dari pelepah pohon pisang yang telah dikeringkan dan ditata di dalam keranjang bambu. Katanya kalau tempat tembakau bukan di keranjang ini, maka tidak akan sedap baunya.
Sampailah pada akhir proses, karena setelah rajangan tembakau dimasukkan dalam keranjang, maka petani tinggal tunggu pembeli yang akan membeli tembakaunya. Kadang calo sudah mulai menawar pada saat tembakau dijemur, bahkan ada juga yang menawar saat tanaman masih belum dipanen, sehingga terjadilah sistem ijon.
Kalau sebelumnya, masih dikenal  istilah “ Bodo Mbako”, yaitu Lebaran Tembakau, merupakan pestanya petani tembakau biasanya  pada bulan Agustus-September. Pada bulan itu biasanya tingkat hidup masyarakat di desa saya menjadi makmur karena harga jual tembakau yang tinggi, ditandai dengan banyaknya yang memakai perhiasan emas! Saya masih ingat waktu kecil melihat teman-teman sepermainan saya esoknya tiba-tiba memakai gelang dan kalung emas dibelikan orangtuanya setelah panen tembakau.
Tapi 10 tahun terakhir ini harga tembakau banyak yang dipermainkan calo, atau perusahaan rokoknya. Akibatnya banyak petani merugi karena ongkos yang harus dikeluarkan untuk proses yang panjang itu lebih besar daripada keuntungannya. Saya  sangat perihatin kalau mendengar tetangga-tetangga saya mengeluh bahwa panen tembakaunya ambruk, dan jadi merugi.
Tapi mereka tidak menyerah, tahun depan tetap gigih menanam tembakau. Dengan harapan yang tinggi hasil yang lebih memuaskan, maka proses panjang menanam daun tembakau  dijalani  lagi dengan penuh kesabaran .
Kabar terakhir dari kampung halaman, tahun ini, katanya terkait dengan disahkannya PP 109  tahun 2012  tentang pengamanan produk tembakau  oleh pemerintah yang membuat penanaman tembakau diawasi dengan ketat, bahkan cenderung dilarang, maka sekarang sudah sedikit yang menanam tembakau. Sebenarnya mereka agak kebingungan. Petani kemudian banyak yang beralih menaman jagung. Dulunya dalam 1 tahun setelah menanam tembakau mereka memang menanam jagung. Jadi sekarang sepanjang tahun terus-menerus menanam jagung. Hasil panen jagung, biasanya tidak sebanyak panen tembakau.
Walaupun saya sebenarnya setuju dengan maksud baik pemerintah untuk melindungi kesehatan masyarakat dengan mengurangi produksi tembakau, tapi sayang belum ada persiapan oleh pemerintah di tingkat petani untuk pengalihan komoditas yang sama menguntungkan. Bisa dibayangkan, mereka harus melakukan perubahan yang sudah berjalan lebih dari 1 abad tanpa tuntunan yang pasti. Harapannya adalah  pemberlakuan PP tersebut tidak mengakibatkan sebagian taraf hidup masyarakat menjadi turun.
Mungkin ini sudah takdirnya tradisi tembakau di kampung halaman saya perlahan berakhir. Semoga saja ditemukan komoditas pengganti yang lebih menghasilkan dan menyehatkan. Tapi saya yakin kegigihan dan kesabaran petani di daerah saya akan tetap terjaga, apapun komoditas yang ditanamnya. Kisah  daun tembakau ini akan sering saya ceritakan pada anak-anak saya, terutama kenangan tembang dolanan saat Ngruwek, supaya mereka mengenal  riwayat budayanya dan kesabaran panjang untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. ***




Memanen tembakau


Kegiatan Ngruwek


Ngimbon

Ngrajang


Nganjang



Malik Mbako

Tembakau dalam keranjang